Dua Pasang Hati

Jum'at, 12 Juni 2015 - 07:36 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
”Dasar Kak Revan, kebanyakan nonton Saiful Jamil ya?” ledek Lara balik. Cowok itu semakin tenggelam dalam tawanya, udah lama rasanya nggak saling melempar gurauan pada adiknya, yang terkenal jago ngelawak itu.

Selanjutnya, Revan berdeham dan menolehkan mukanya pada Lara. ”Yah, Kakak nggak tahu sih, kalo kamu belum jujur sama perasaanmu sendiri. Tapi kalo Kakak lihat, Keenan sekarang udah berubah, Dek. Dia ramah dan gampang senyum sama orang. Nggak kayak dulu, kata kamu irit senyum.” ”Kak, jangan ketipu sama dia. Kata suster-suster di rumah sakit, Keenan emang terkenal ramah sama pasien-pasien di sana. Cuma sama aku doang dia irit banget bicaranya,” rajuk Lara, sedikit sedih.

Eh, Revan malah ketawa-tawa melihat rajukan adiknya ini. Udah berumur masih aja berpikir kayak anak kecil. ”Kok malah ketawa sih?” ”Itu artinya, buat dia kamu itu spesial banget, Dek.” ”Apa? Spesial apanya kalo aku diomelin tiap hari. Tadi nggak sengaja aku teriak aja, disamperin terus diomelin. Emangnya aku pembantu?” Revan menghela nafas, ”Ya susah sih, kalo kamu belum ngerti juga. Ntar juga kalo ada saatnya, kamu ngerti.” Sesaat kemudian, Revan menguap lebar-lebar, ”Udah ya, La.

Kakak mau manjain yang di dalem dulu, ada dua soalnya. Hihihi.” Sepeninggal Revan, Lara belum beranjak dari kursi terasnya. Masih saja gadis itu berusaha meresapi apa yang dikatakan kakaknya. Ia mencoba mengingat-ingat, apa yang baru saja dikatakan Revan, itu artinya kamu spesial banget buat dia. Lara menaikkan satu alisnya, tersenyum heran. Dia nggak mau lagi kayak dulu, ke-ge-eran yang justru menenggelamkan hatinya dalam luka. Delapan bulan kemudian... Dekorasi ruang dokter di rumah sakit Keenan, masih saja harus dikerjakannya.

Masih ada beberapa ruang yang perlu diperbaikinya, karena-ya you know lah kalo para dokter di rumah sakit itu banyak banget keperluannya. Meski Lara mengaku ribet dengan kerjaannya, cuma demi nama baik perusahaan Lara harus tetap bersikap profesional. Maka itu, sebaik mungkin Lara berusaha mewujudkan konsep seperti apa yang diinginkan para dokter tersebut. Untungnya, dari semua dokter itu, hanya ada dua dokter yang tidak terlalu banyak maunya, siapa lagi kalo bukan Keenan dan Ardio.

Secara, sudah nyaman dengan konsep yang diusulkan Lara, jauh sebelum rumah sakit itu menggunakan jasa Magenta Architecture. Jadi, pekerjaannya sedikit lebih ringan. Siang ini entah mengapa rumah sakit terasa begitu sibuk, dibandingkan hari biasanya. Banyak sekali pemandangan tak mengenakkan di rumah sakit ini.

Mulai dari seorang nenek-nenek yang katanya jatuh pingsan di kamar mandinya dan sekarang sedang diperiksa oleh dokter ahli jantung; seorang pria yang tertabrak motor dan harus dilarikan ke rumah sakit dengan segera; wanita cantik yang mengalami koma di rumah sakit selama enam bulan akibat radang otak, harus meninggal dunia. Sejujurnya, sedikit memecah konsentrasi Lara sih, tapi mau gimana lagi, sudah risikonya, kan? Kali ini Lara sedang berjalan menapaki lobi rumah sakit.

Tiba-tiba saja ia dikejutkan dengan seorang gadis cantik berperut besar. Wajahnya terlihat begitu pucat dan menahan sakit perut yang sangat hebat. Lara mencoba mengingat siapa gadis cantik itu. Astaga dia kan... Jovani? Ia terus memegangi perutnya dan berjalan sambil tertatih-tatih menaiki pijakan tangga di lobi rumah sakit. ”Huuuuh... Haaah... Huuuh...” Gadis itu berhenti sebentar, mengatur napasnya.

”Jo-Jovani? Kamu..?” Belum sempat Lara melanjutkan kalimatnya, gadis itu mendadak memegang pergelangan tangan Lara kuat-kuat. ”Mbakh... tolong sah-yah... Sah... yah... mau...” Gadis itu semakin meringis kesakitan. Jangan bilang... dia mau lahiran di sini? Aduh! Apa yang harus dilakukannya sekarang? Lara sibuk memutar otak, namun tiba-tiba dikejutkan dengan aliran darah yang mengucur dari bawah kakinya. Pendarahan! Bergegas Lara menarik kursi roda yang ada di depannya.

Nggak bisa mikir lagi, milik siapa. Dengan cepat Lara mendorong gadis itu menuju rumah sakit. Sementara Jovani terus memegangi perutnya yang sedang mengalami kontraksi kuat. (bersambung)

Oleh:
Vania M. Bernadette
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0533 seconds (0.1#10.140)